Nadineworldwide.com – Tabrakan antara dua kereta api terjadi di area Petak Jalan Haurpugur – Cicalengka, Jawa Barat, pagi ini pada hari terakhir pekan (5/1) sekitar pukul 06:30 WIB. Dua kereta yang mana terlibat adalah Commuter Line Bandung Raya kemudian Kereta Api Turangga.
Berdasarkan pernyataan Kapolrestabes Bandung AKBP Kusworo Wibowo, terdapat tiga orang yang mana meninggal dunia di kecelakaan ini. Ketiga korban yang dimaksud disebutkan oleh Kusworo meliputi masinis, asisten masinis, dan juga pegawai PT KAI. Namun, belum ada informasi jelas mengenai masinis dari kereta mana yang digunakan menjadi korban.
Video yang digunakan beredar menunjukkan kondisi parah pada bagian depan kedua kereta akibat kecelakaan tersebut. Di sistem media sosial seperti X dan juga Instagram, terlihat gambar-gambar yang digunakan menunjukkan kehancuran berat pada kedua kereta api tersebut.
Hingga saat ini kabar mengenai kecelakaan yang dimaksud masih berkembang. Banyak juga yang digunakan mencari tahu lebih lanjut lanjut tentang Kereta Api Turangga.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini sejarah serta juga profil Kereta Api Turangga.
Kereta Api Turangga pertama kali beroperasi pada 1 September 1995. Awalnya, Kereta Api dengan layanan kelas perusahaan plus dan juga eksekutif, menghubungkan Bandung-Surabaya.
Namun, inovasi signifikan terjadi sejak 11 Oktober 1999 ketika layanan kelas perusahaan dipindahkan ke rute Malang untuk kereta api Gajayana, sementara Turangga fokus pada kelas eksekutif dengan menggunakan rangkaian kereta baru dari INKA.
Pada 19 Januari 2009, kereta ini mulai menggunakan rangkaian kereta hasil penyehatan yang sebagian besar berwarna hijau, kereta buatan tahun 1960. Sejak pertengahan tahun 2018, Turangga beralih menggunakan rangkaian kereta berbahan baja nirkarat dari INKA, menandai pembaharuan teknologi yang signifikan.
Kemudian, terjadi perpanjangan rute hingga Stasiun Gambir pada 1 Desember 2019, namun dikembalikan ke rute awalnya pada 1 September 2020 oleh sebab itu menurunnya tingkat keterisian penumpang akibat pandemi Covid-19.
Pada tanggal 28 September 2022, di perayaan Hari Ulang Tahun ke-77 PT Kereta Api Indonesia, Kereta Api Turangga meningkatkan kecepatannya dari 105 km/jam menjadi 120 km/jam, menandai peningkatan kecepatan yang mana signifikan.
Kemudian, pada 1 Juni 2023, pada pemberlakuan grafik perjalanan kereta api (Gapeka) 2023, Turangga mulai bertukar rangkaian dengan Kereta Api Argo Wilis. Dua trainset Kereta Api Turangga dipindahkan ke Depo Kereta Ibukota Indonesia Daerah Perkotaan (JAKK) serta Depo Kereta Bandung (BD) untuk operasional Kereta Api Manahan. Operasional Turangga juga berpindah dari Daerah Operasi VIII Surabaya ke Daerah Operasi II Bandung.
Terakhir, pasca Gapeka 2023 diberlakukan, layanan lintas barat seperti Argo Parahyangan mulai beroperasi pada akhir pekan lalu hari libur nasional dengan nomor KA 65 kemudian 66 untuk Kereta Api Turangga.
Tentu saja, kereta ini juga mengalami insiden, seperti pada perlintasan antara Stasiun Jombang juga Stasiun Sembung pada 30 Maret, dalam mana lokomotif mengalami kehancuran akibat insiden dengan truk gandeng yang dimaksud juga menyebabkan kecacatan pada jalur rel.
Sebagai salah satu layanan kereta api yang telah lama mengalami beberapa jumlah inovasi teknologi, rute, lalu layanan, Kereta Api Turangga terus beradaptasi dengan pembaharuan juga mencoba memberikan pengalaman perjalanan yang mana aman kemudian nyaman bagi penumpangnya.
(Sumber: Suara.com)