Internasional

Pilpres Iran Lanjut ke Putaran Kedua, Ada Capres Anti-Barat

22
×

Pilpres Iran Lanjut ke Putaran Kedua, Ada Capres Anti-Barat

Sebarkan artikel ini
Pilpres Iran Lanjut ke Putaran Kedua, Ada Capres Anti-Barat

Jakarta

Dua calon presiden (capres) akan progresif di putaran kedua pemilihan presiden Iran. Mantan perunding nuklir Iran yang ultrakonservatif, Saeed Jalili, akan bertarung menghadapi kandidat reformis di pemilihan presiden putaran kedua. Jalili dikenal luas dikarenakan sikapnya yang anti-Barat.

Jalili, 58, bertujuan untuk menyatukan faksi-faksi konservatif Iran yang tersebut terfragmentasi pada upayanya berubah menjadi presiden, seiring beliau akan menghadapi Masoud Pezeshkian, pribadi reformis, pada hari terakhir pekan depan.

Dilansir kantor berita AFP, Hari Sabtu (29/6/2024), sebagai sosok yang digunakan relatif pendiam, Jalili akan mencoba meyakinkan para pemilih bahwa dialah yang dimaksud paling cocok mengawasi Iran pada bawah bimbingan pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, yang dimaksud memegang otoritas tertinggi ke negara tersebut.

Pada pilpres putaran pertama, Jalili memperoleh tambahan dari 9,4 jt suara, didukung oleh sebagian besar pendukung garis keras yang mana menganut slogan “tidak ada kompromi, tak ada penyerahan untuk Barat”.

Lahir pada tanggal 6 September 1965, ke kota Masyhad, Jalili berasal dari keluarga kelas menengah yang taat. Dia telah lama memegang beberapa peran senior sepanjang kariernya.

ADVERTISEMENT

Dia pada waktu ini adalah salah satu perwakilan Khamenei di Dewan Ketenteraman Nasional Tertinggi, badan keamanan tertinggi Iran.

Jalili bertempur pada konflik Iran-Irak 1980-88 kemudian terkena pecahan peluru ke garis depan, sehingga kaki kanannya harus diamputasi.

Dari tahun 2007 hingga 2013, ia mengatur perundingan mengenai inisiatif nuklir Iran, juga secara konsisten berpegang pada sikap tanpa kompromi.

Dia dengan gigih menentang perjanjian nuklir tahun 2015 dengan Amerika Serikat lalu negara-negara besar lainnya, dengan alasan perjanjian itu melanggar “garis merah” Iran dengan menerima inspeksi laman nuklir. Kesepakatan itu gagal pada tahun 2018.

Jalili meraih penghargaan doktor ilmu urusan politik dari Universitas Emam Sadegh di dalam Teheran, Iran, sebuah lembaga yang tersebut didirikan untuk melatih kader-kader republik Islam tersebut.

Pada awal tahun 2000-an, ia menjabat sebagai bagian dari kantor pemimpin tertinggi, yang mana bertanggung jawab untuk memberikan laporan-laporan penting mengenai strategi-strategi utama.

Di bawah kepemimpinan presiden populis garis keras Mahmoud Ahmadinejad, Jalili menjabat sebagai delegasi menteri luar negeri untuk Eropa serta Amerika Selatan.

Pada pemilihan presiden tahun 2013, Jalili menempati tempat ketiga dengan hanya sekali memperoleh 11 persen suara.

ADVERTISEMENT

Pada tahun 2021, ia mundur dari pencalonan dirinya pada pemilihan presiden serta menggalang Ebrahim Raisi yang dimaksud ultrakonservatif, yang digunakan kemudian menang. Kematian Raisi pada kecelakaan helikopter bulan kemudian menggalakkan digelarnya pemilihan presiden pada hari terakhir pekan (28/6).

Artikel ini disadur dari Pilpres Iran Lanjut ke Putaran Kedua, Ada Capres Anti-Barat