JAKARTA – pemerintahan menegaskan akan terus memantau dampak perlambatan perekonomian global kemudian kondisi geopolitik, termasuk konflik Iran-Israel terhadap ekspor nasional. Sejauh ini pemerintah mengkaji ketahanan ekonomi domestik sangat baik pada berada dalam ketidakpastian sektor ekonomi global.
“Pemerintah juga akan menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan pengembangan lebih lanjut SDA, peningkatan daya saing produk-produk ekspor nasional, dan juga diversifikasi mitra dagang utama,” ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu pada keterang resmi, Selasa (23/4/2024).
Adapun neraca perdagangan Indonesi pada bulan Maret 2024 tercatat kembali mengalami surplus sebesar USD4,47 miliar, melanjutkan capaian surplus neraca perdaganan Tanah Air secara berturut-turut selama 47 bulan sejak bulan Mei 2020.
Nilai neraca perdagangan Indonesi tercatat tambahan besar USD1,64 miliar dibandingkan surplus neraca perdagangan pada bulan Februari 2024 dan juga lebih lanjut lebih tinggi terhadap bulan yang dimaksud sebanding di tahun 2023 yang tercatat sebesar USD2,83 miliar. Secara kumulatif, surplus neraca perdagangan Indonesi pada periode Januari sampai dengan Maret mencapai USD7,31 miliar.
Febrio menegaskan bahwa capaian positif ini patut disyukuri. Berlanjutnya surplus neraca perdagangan pada berada dalam ketidakpastian perekonomian global, kata Febrio, menunjukkan ketahanan dunia usaha domestik yang digunakan sangat baik.
Ke depan, kata dia, aktivitas ekonomi sepanjang tahun 2024 masih akan diwarnai beragam tantangan yang mana akan menghambat aktivitas perdagangan global. Tantangan itu seperti tensi geopolitik dan juga fragmentasi ekonomi yang tersebut akan berpengaruh terhadap global supply chain, tekanan nilai tukar dan juga sektor keuangan, juga perlambatan ekonomi China sebagai negara mitra dagang utama Indonesia.
Sementara itu, menurut WEO (World Economic Outlook) yang digunakan terbit pada April 2024 proyeksi pertumbuhan global untuk tahun 2024 sebesar 3,2%, masih berada dalam bawah rata-rata tahunan historis (2000–2019) yang mencapai 3,8%.
Artikel ini disadur dari Pemerintah Terus Pantau Dampak Ketidakpastian Global Terhadap Ekspor