Berita

Pakar Peluang Usaha Pariwisata UGM Dorong eksekutif Beri Perhatian pada Pemangku Adat Destinasi Spiritual

56
×

Pakar Peluang Usaha Pariwisata UGM Dorong eksekutif Beri Perhatian pada Pemangku Adat Destinasi Spiritual

Sebarkan artikel ini
Pakar Kesempatan Usaha Perjalanan UGM Dorong eksekutif Beri Perhatian pada Pemangku Adat Destinasi Spiritual

JAKARTA – Konflik antara pemangku adat atau juru kunci pada destinasi spiritual milik warga dengan para pengunjung atau wisatawan sudah berubah menjadi fenomena umum dalam Indonesi seiring maraknya wisata tradisi atau wisata spiritual. Karenanya, pemerintah diminta memberi perhatian untuk para pemangku adat atau juru kunci destinasi-destinasi wisata ‘non man made’ atau destinasi spiritual tersebut.

Pandangan ini disampaikan Guru Besar Peluang Usaha Pariwisata UGM, Baiquni menanggapi konflik antara turis India kemudian pemangku adat di Pura Tirta Empul, Bali yang tersebut viral. Turis yang dimaksud bersikeras berdoa ke area terlarang dengan mengabaikan larangan adat.

Baiquni menyarankan pemerintah memberi perhatian pada para pemangku adat yang tersebut ia sebut sebagai ‘The Masters’ itu. The Masters memegang pengetahuan, tradisi setempat, yang tersebut musti dihargai sebagaimana akademisi dihargai dalam kampus.

“Dunia punya Standar Etika Kepariwisataan Global itu sekadar sanggup disosialisasikan ke para ‘The Masters.’ Mustinya ada pertarungan rutin antara pemerintah kemudian para pemangku adat itu untuk meningkatkan pelayanannya, selain tentu semata wisatawannya juga dididik,” kata Baiquni di keterangannya dikutip, Hari Jumat (17/5/2024).

Pemerintah atau bola usaha bisa jadi membantu para juru kunci untuk memasang tanda do and don’t di tempat-tempat destinasi spiritual tersebut. Termasuk membantu sosialisasi terhadap para wisatawan teristimewa kalau dalam Bali, tentu saja, wisatawan asing.

Baiquni mengutarakan mengenai value keberlanjutan lingkungan, penghargaan terhadap adat istiadat lalu “The Masters” atau pemangku adat atau juru kunci, di setiap destinasi Cultural Heritage. Sehingga, menurutnya, isu mengenai pengelolaan yang mana lebih besar profesional seperti yang tertuang di Panduan Global Kode Etik Kepariwisataan sanggup diimplementasi pada lapangan.

“Bagaimana kita sebagai host, juru kunci harus bagaimana, wisawatan yang mana beda kultur harus bagaimana. Kalau ada konflik harus bagaimana, itu semua saya kira memang sebenarnya penting untuk dikelola lalu dimajamen dengan baik serta profesional. Hal ini penting dikarenakan sesungguhnya destinasi-destinasi yang kecil-kecil itu kan memang sebenarnya peran utamanya ada ke ‘The Masters’ nya,” papar Baiquni.

Sebelumnya, aktivis sosial Bali, Ni Luh Jelantik me-repost unggahan akun Instagram Jeg Bali terkait konflik antara turis India kemudian pemangku adat di Pura Tirta Empul, Bali. Dalam penjelasan repost-nya, Ni Luh berharap pemerintah menguatkan desa adat.

“Perkuat desa adat. Lindungi pemangku agar kekal sanggup menjaga taksu Bali. Buat bapak India, terimakasih telah lama support Bali. Mohon taati aturan dalam masing-masing desa. Matur suksma.’

Kasus sejenis berjalan pada Makam Raja-raja Kraton Jogja kemudian Solo di Imogiri, di dalam mana guide wisata mengeluhkan tarif yang digunakan dianggap tak wajar.

Artikel ini disadur dari Pakar Pariwisata UGM Dorong Pemerintah Beri Perhatian pada Pemangku Adat Destinasi Spiritual