Jakarta – Emas putih dan juga perak adalah dua logam mulia yang rutin digunakan pada perhiasan. Namun begitu, keduanya memiliki perbedaan yang dimaksud signifikan.
Emas putih sebenarnya adalah campuran emas murni dengan logam lain, seperti paladium atau nikel, yang memberikan warna putih pada logam. Adapun perak adalah logam mulia yang dimaksud mempunyai warna alami yang mana tambahan terang.
Dikutip dari Utsav Pedia, emas putih muncul pada 1710 saat alkemis Johann Friedrich Böttger juga Ehrenfried Walther von Tschirnhaus dalam Jerman mulai mengembangkannya. Pada 1752, logam yang tersebut menyerupai emas putih dengan lapisan abu-abu diperkenalkan.
Versi modern dari emas putih yang tersebut kita kenal sekarang baru diciptakan pada 1920-an. Ada dua versi di sejarah emas putih.
Yang pertama menyatakan bahwa Belais bersaudara mematenkan formula emas putih pada 1920 dengan mencampur emas, nikel, juga seng. Sementara versi lain menyatakan bahwa Karl Richter menciptakan emas putih pada 1915 dengan melebur emas serta nikel dengan paladium.
Seiring dengan kurangnya platinum setelahnya Perang Global II, pembuat perhiasan mulai menggunakan campuran nikel, paladium, atau seng dengan emas murni untuk menciptakan emas putih dan juga mengubah warna kuningnya menjadi putih.
Dikutipr dari Gatsby Jewellery, Perak sudah digunakan sejak sekitar 5000 Sebelum Masehi (SM). Awalnya ini dimanfaatkan untuk menghasilkan wadah makan lalu minum dan juga patung kuno, juga kemudian berubah menjadi bagian penting di desain perhiasan kelas penguasa.
Di Mesir Kuno dan juga Yunani Kuno, perhiasan perak diperuntukkan bagi kelas elit. Sementara di era Tudor, Stuart, kemudian Georgia, cuma kalangan menghadapi yang dimaksud memiliki akses terhadap perak.
Namun, dengan revolusi sektor pada era Victoria, permintaan akan perhiasan perak meningkat pesat, teristimewa dikarenakan teknologi produksi massal yang dimaksud berkembang.
Saat ini perak masih bermetamorfosis menjadi substansi utama di sektor perhiasan yang digunakan diproduksi secara massal, dengan perak murni yang tersebut dicampur dengan tembaga menjadi standar pada pembuatan perhiasan perak.
Menurut Oxford Gold Group, emas putih adalah logam paduan yang tersebut terdiri lebih besar dari satu logam. Sebagai contoh, cincin emas putih 18 karat biasanya terdiri dari 75 persen emas ikterus murni lalu 25 persen logam lain seperti nikel, seng, atau paladium.
Namun, emas putih dengan paduan paladium lebih besar bernilai daripada yang digunakan terbuat dengan paduan nikel, lantaran paduan yang disebutkan mengandung logam yang digunakan lebih banyak mahal.
Sebagian besar perhiasan emas putih juga dilapisi dengan rhodium untuk menjaga dari noda. Rhodium, yang dimaksud termasuk pada keluarga platinum, merupakan logam mulia termahal di dunia.
Sementara perak terdiri dari 92,5 persen perak murni lalu 7,5 persen logam lain seperti tembaga atau nikel. Karena perak murni sangat lembut, pembuat perhiasan kerap mencampurkannya dengan logam lain seperti seng, tembaga, atau nikel untuk meningkatkan kekuatannya. Namun, nikel tak cocok bagi yang memiliki alergi, sehingga tembaga lebih tinggi umum digunakan di perak murni.
Emas putih dan juga perak sekilas terlihat mirip, namun ada beberapa ciri khas yang membedakan keduanya. Perak cenderung miliki corak yang dimaksud lebih banyak di serta berkilau, memberikan tampilan yang tersebut lebih tinggi mewah kemudian elegan.
Perak yang digunakan telah tua kemungkinan besar mengalami inovasi warna atau patina, yang dimaksud dapat membuatnya miliki tampilan yang digunakan tambahan gelap atau kusam. Sementara itu, emas putih biasanya permanen mempertahankan kilau putihnya berkat lapisan rhodium yang mana melindunginya dari noda atau inovasi warna.
WINDA OKTAVIA
Artikel ini disadur dari Jangan Salah Beli Perhiasan, Ini Perbedaan Emas Putih dengan Perak