Teknologi

Fisikawan Sebut Waktu Ternyata Ilusi, Simak Penjelasannya

44
×

Fisikawan Sebut Waktu Ternyata Ilusi, Simak Penjelasannya

Sebarkan artikel ini

Jakarta – Waktu adalah penanda dari sejumlah kejadian, tindakan, atau status yang mana berlangsung. Waktu diukur dengan hitungan hari, jam, menit, detik, kemudian seterusnya untuk menentukan periode tertentu.

Namun, para fisikawan menganggap waktu sebagai konsep yang digunakan rumit sebab perilakunya yang tersebut tiada konsisten dengan teori-teori utama tentang alam semesta, menciptakan kebuntuan yang tersebut menghalangi penemuan “teori segala hal,” sebuah kerangka yang tersebut menjelaskan semua aspek fisika di alam semesta.

Beberapa studi teoritis bahkan menunjukkan bahwa waktu kemungkinan besar hanyalah ilusi yang mana muncul pada tingkat kuantum. Mengapa demikian? Berikut penjelasannya. 

Pandangan Fisikawan Tentang Waktu

Menurut sebuah studi baru yang digunakan diterbitkan jurnal Physical Review A pada pada 10 Mei 2024, peneliti menemukan bahwa waktu kemungkinan besar bukanlah elemen mendasar alam semesta, melainkan ilusi yang muncul dari keterikatan kuantum. 

Para peneliti menyarankan bahwa merek mungkin saja sudah menemukan petunjuk untuk memecahkan permasalahan yang disebutkan dengan menjadikan waktu sebagai konsekuensi dari keterikatan kuantum, yaitu hubungan aneh antara dua partikel yang berjauhan.

“Ada cara untuk memperkenalkan waktu yang konsisten dengan hukum klasik juga hukum kuantum, serta merupakan manifestasi dari keterikatan,” tulis Alessandro Coppo, orang fisikawan di dalam Dewan Penelitian Nasional Italia, memaparkan mengutip Live Science. 

“Korelasi antara jam dan juga sistem menciptakan kemunculan waktu, unsur mendasar di keberadaan kita.” 

Teori tentang Waktu 

Dalam teori mekanika kuantum, waktu dianggap sebagai fenomena yang mana bukan berubah kemudian mengalir satu arah dari masa tak lama kemudian ke masa saat ini tanpa dapat dihindari. 

Waktu berada di dalam luar dari sistem yang tersebut aneh kemudian terus berubah yang dimaksud diukur. Waktu hanya sekali dapat dilihat melalui pembaharuan pada entitas eksternal seperti jarum jam.

Namun, teori relativitas umum Einstein menyatakan bahwa waktu terkait erat dengan ruang kemudian bisa jadi dilengkungkan dan juga dilatasi pada kecepatan besar atau dalam bawah pengaruh gravitasi. 

Ini menyebabkan ketidaksesuaian mendasar antara dua teori terbaik yang digunakan kita miliki tentang realitas. Tanpa penyelesaian untuk perbedaan ini, teori yang digunakan koheren tentang segala hal tetap bukan dapat dicapai.

 “Tampaknya ada ketidakkonsistenan kritis di teori kuantum,” kata Coppo. “Ini yang dimaksud kami sebut permasalahan waktu.”

Untuk mengatasi permasalahan ini, para peneliti beralih ke teori yang tersebut disebut mekanisme Page serta Wootters. Teori ini pertama kali muncul pada tahun 1983, yang tersebut menyatakan bahwa waktu muncul untuk satu objek melalui keterikatan kuantumnya dengan objek lain yang tersebut beraksi sebagai jam. 

Di sisi lain, untuk sistem yang mana tiada terjerat, waktu tak ada, dan juga sistem yang dimaksud menganggap alam semesta membeku juga tidak ada berubah. 

Dengan menerapkan mekanisme Page serta Wootters pada dua keadaan kuantum teoritis yang dimaksud saling terkait namun tidak ada berinteraksi — satu merupakan osilator harmonik yang digunakan bergetar dan juga yang dimaksud lainnya terdiri dari sekumpulan pusat perhatian kecil yang digunakan berlaku sebagai jam — para fisikawan menemukan bahwa sistem merek dapat dijelaskan dengan sempurna oleh persamaan Schrödinger, yang digunakan memprediksi perilaku objek kuantum. 

Namun, alih-alih menggunakan waktu, versi persamaan terkenal ini beroperasi berdasarkan keadaan pusat perhatian kecil yang dimaksud berperan sebagai jam.

Penemuan ini sebenarnya bukanlah hal baru. Mereka mengulang perhitungan mereka dua kali, pertama dengan asumsi bahwa jam pusat perhatian kemudian kemudian bahwa osilator harmonik adalah objek makroskopis (yang lebih besar besar). 

Persamaan mereka disederhanakan berubah menjadi persamaan fisika klasik, menunjukkan bahwa aliran waktu adalah akibat dari keterikatan kuantum bahkan untuk objek yang dimaksud lebih lanjut besar.

“Kami sangat yakin bahwa arah yang dimaksud benar kemudian logis adalah memulai dari fisika kuantum dan juga mengerti akan cara mencapai fisika klasik, bukanlah sebaliknya,” kata Coppo. 

Sementara itu, fisikawan lain menyarankan untuk berhati-hati. Walaupun mereka menganggap mekanisme Page lalu Wootters sebagai konsep menantang untuk mengenali asal-usul kuantum waktu, merekan mengungkapkan bahwa mekanisme yang disebutkan belum memberikan hasil yang tersebut dapat diuji secara ilmiah.

“Ya, secara matematis konsisten untuk menganggap waktu universal sebagai keterikatan antara medan kuantum juga keadaan kuantum ruang 3D,” kata Vlatko Vedral, seseorang profesor ilmu informasi kuantum di dalam Universitas Oxford. 

“Namun, tak orang pun tahu apakah sesuatu yang tersebut baru atau bermanfaat akan muncul dari ilustrasi ini — seperti perubahan fisika kuantum dan juga relativitas umum, serta uji eksperimental yang dimaksud sesuai.”

Meskipun ada keraguan, mengembangkan teori waktu berdasarkan mekanika kuantum mungkin saja masih berubah menjadi pendekatan yang tersebut menjanjikan, asalkan teori yang disebutkan dapat disesuaikan dengan hasil eksperimen.

“Mungkin ada sesuatu tentang keterikatan yang dimaksud berperan,” kata Adam Frank , fisikawan teoretis di University of Rochester dalam New York. 

“Mungkin satu-satunya cara untuk mengerti waktu bukanlah dari sudut pandang Tuhan, tetapi dari dalam, dari sudut pandang bertanya apa yang digunakan ada di hidup yang dimaksud menunjukkan penampakan dunia seperti itu,” imbuhnya. 

RIZKI DEWI AYU

Artikel ini disadur dari Fisikawan Sebut Waktu Ternyata Ilusi, Simak Penjelasannya