JAKARTA – Staf Khusus Presiden Diaz Hendropriyono mengunjungi undangan diskusi dari jejaring pelaku bisnis peduli lingkungan, Young Presidents’ Organization Sustainable Business Network (YPO SBN) di dalam Jakarta, Selasa (14/5/2024). Dalam acara tersebut, Diaz menerima sebagian masukan dari pimpinan perusahaan yang dimaksud sedang menggerakkan lebih banyak ramah lingkungan.
Diaz berubah menjadi salah satu panelis di acara yang dimaksud bertajuk “Plastic in the Age of Sustainability: Risk and Opportunities” yang disebutkan dengan tiga panelis lainnya Direktur Utama PT Suparma Tbk. Edward S. Suparma, Co-Founder Greenhope Tommy Tjiptadjaja, lalu ketua eksekutif Jubelo Fahri Reza Abdillah.
“Tadi saya mendengar masukan dari pelaku sektor yang peduli lingkungan yang dimaksud mengajukan permohonan agar kementerian/lembaga dapat menghitung serta berusaha mencapai pengurangan emisi karbonnya. Lalu merek juga memohonkan agar pemerintah penting mengempiskan polusi PM 2.5 kemudian emisi dari rombongan pengawalan voorijder. Hal ini dapat dipertimbangkan agar meminta pelaku bidang juga bergerak ramah lingkungan,” ujar Diaz.
Diaz juga memaparkan target serta capaian pemerintah pada hal pengurangan emisi kemudian sampah plastik. Namun untuk mencapai target net zero emission, tantangan terbesar yang dihadapi adalah nilai penanaman modal yang digunakan sangat besar. Sehingga, dibutuhkan sumber pendanaan baru salah satunya dari carbon credits.
“Presiden Jokowi telah terjadi mengutarakan untuk mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060 dibutuhkan pembangunan ekonomi sekitar US$ 1 triliun (Rp15.000 triliun). Artinya butuh sejumlah sekali sumber pendanaan baru. Duitnya dari mana? Bisa dari carbon credits atau bahkan ke depannya pemerintah wajib menerapkan plastic credits,” usul Diaz.
Artikel ini disadur dari Diaz Hendropriyono Diminta Targetkan Pengurangan Emisi di Kementerian