Jakarta – Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesi (PP PBSI) Fadil Imran mengungkapkan pihaknya melayangkan berunjuk rasa ke BWF imbas kesalahan perhitungan poin di klasemen persaingan menuju Olimpiade Paris 2024. Menurut dia, hal ini turut merugikan Indonesia.
“Kesalahan perhitungan yang tersebut dikerjakan BWF secara dengan segera bukan hanya sekali merugikan pasangan Indonesia, khususnya Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri, tetapi juga seluruh pasangan yang tersebut bertarung ke Road to Paris 2024,” ujar beliau di diambil dari informasi tercatat PBSI, Jumat, 12 Juli 2024.
BWF sebelumnya melakukan kesalahan di menghitung poin pasangan ganda putra Prancis Ronan Labar / Lucas Corvee. Awalnya, Labar / Covee berada pada zona lolos ke Olimpiade Paris 2024, namun BWF merevisi kesalahan hitungnya sehingga menimbulkan rekan senegara mereka itu Christo Popov / Toma Junior Popov mempunyai poin yang tersebut lebih lanjut baik.
Dalam klasemen akhir persaingan menuju Olimpiade Paris 2024, Popov berada di dalam peringkat ke-37 sedangkan Labar / Covee berada satu tingkat pada bawahnya. Situasi ini menciptakan mereka terlempar dari zona lolos ke Olimpiade. Labar / Covee tak terima serta menggugat kesulitan itu ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). Pihak CAS mengabulkan tuntutan mereka lalu untuk pertama kalinya kontestan sektor ganda putra dalam Olimpiade akan berjumlah 17 pasangan.
Fadil menyimpulkan kesalahan perhitungan poin itu merugikan Fikri / Bagas pada kompetisi sebelumnya. Salah satu contohnya adalah ketika dia tampil dalam Badminton Asia Championships 2024. Kala itu, Fikri / Bagas menyandang status unggulan kedelapan, padahal awalnya mereka itu berubah menjadi unggulan kesembilan. Perubahan status ini disinyalir memberi tekanan terhadap Fikri / Bagas hingga akhirnya kalah pada fase pertama.
Sementara itu, Fadil juga merasa ganda putra Fajar Alfian / Muhammad Rian Ardianto akan datang dirugikan ketika berlaga pada fase grup Olimpiade Paris 2024. Dengan bertambahnya jumlah agregat kontestan, akan menyebabkan tiga grup berisi empat pasangan lalu satu grup lainnya berisi lima pasangan.
“Jika nanti Fajar Alfian / Muhammad Rian Ardianto masuk ke grup itu (yang berisi lima pasangan), maka dia akan berlaga empat kali pada fase grup. Hal ini sangat merugikan lantaran ada penambahan satu pertandingan,” tuturnya.
Fadil memasikan PBSI akan mengirim surat ke BWF berhadapan dengan kejadian ini. Ia mengungkapkan pihaknya ingin memohonkan pertanggungjawaban menghadapi semua kerugian yang digunakan dialami Indonesia.
Artikel ini disadur dari Olimpiade Paris 2024: Salah Hitung BWF Dianggap Rugikan Indonesia, PBSI Layangkan Protes