Nadineworldwide.com – Angka tukar rupiah alami penurunan pada waktu pengaktifan perdagangan pada Kamis (4/1). Penurunan ini pasca bursa mencermati juga merespons naiknya harga Indonesia 2023 yang digunakan rendah.
“Tingkat naiknya harga 2023 yang mana rendah mengakibatkan perasaan khawatir bursa bahwa Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga lebih besar cepat dari perkiraan,” ujar analis Bank Woori Saudara Rully Nova yang tersebut diambil Antara.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kenaikan harga Skala Harga Pelanggan (IHK) pada Desember 2023 tercatat rendah sebesar 0,41 persen month to month (mtm) sehingga pemuaian IHK 2023 menjadi 2,61 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
Rully menuturkan, jikalau suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI Rate lebih lanjut cepat diturunkan, maka selisih suku bunga BI dengan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed akan mengecil serta menyebabkan rupiah menjadi kurang menarik lagi.
Kemudian, dirinya memprediksi rupiah kembali melemah hari ini oleh sebab itu tren terus berlanjutnya kenaikan imbal hasil atau yield obligasi otoritas Amerika Serikat (AS).
Imbal hasil obligasi eksekutif Negeri Paman Sam tenor 10 tahun telah menembus di dalam menghadapi empat persen. Di sisi lain, pangsa juga menanti lalu mengamati data manufaktur AS.
Ia memperkirakan rupiah berpotensi merosot di tempat kisaran Rp15.500 per dolar Negeri Paman Sam hingga Rp15.550 per dolar AS.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Negeri Paman Sam yang dimaksud ditransaksikan antarbank dalam DKI Jakarta pada Kamis pagi tergelincir 57 poin atau 0,37 persen menjadi Rp15.538 per dolar Amerika Serikat dari sebelumnya Rp15.481 per dolar AS.
(Sumber: Suara.com)